Berkenalan Dengan Crushing Grief Lewat "Mouintans I've Climbed"
Oleh : Maulana Irham
#12
[Toa Progresif]
Hallo abstrakers Toa Progresif kembali lagi setelah rehat beberapa waktu yang lalu , kali ini kita bahas kawan progresif dari Crushing Grief sokin !
Crushing Grief adalah unit pop punk dari Kota Manado yang didirikan pada November 2018 dan di proyeksikan oleh Matthias Kaunang dan Roger Salawati .
Berselang rally yang cukup panjang kemudian band yang mengusung Heavy Pop Punk ini menambah amunisi full band dengan format line up Roger Salawati (Gitar) , Matthias Kaunang (Gitar/Vocal) , Alvendi Lasut (Vocal) , Muhammad Saldiansyah (Bass) dan Septian Timothy (Drum) .
Mengawali debut dengan format akustik yang diisi oleh Roger , Matthias dan Alvendi pada "Anniversary 3rd Esspecto Cafe Manado" yang sekarang beralih menjadi Pulang Cafe , sementara untuk debut stage secara full band dimulai pada perhelatan "Go Skateboarding Day 2019" di Tondano , Sulawesi Utara .
Nama Crushing Grief sendiri dimufakatkan saat semua personil waktu itu berkumpul di rumah Alvendi yang sebelumnya hadir beberapa rekomendasi nama , terinspirasi dari judul lagu band pop punk Neck Deep "Crushing Grief" pada akhirnya judul yang masuk dalam album Whisful Thinking ini resmi dijadikan nama band Roger dkk .
Terinspirasi dari band seperti The Story So Far , Four Year Strong , Neck Deep , Knuckle Puck dan memainkan gaya pop punk eksperimental yang dicampur dengan riff hardcore dan two step fiesta Crushing Grief akhirnya melepas lembali EP kedua mereka yang diberi tajuk "Mouintains I've Climbed"
EP dimulai dengan ‘Daughter’, lagu yang catchy dan anthemic yang benar-benar mewakili sound dari band ini. Paruh pertama lagu terdengar seperti lagu The Story So Far atau bahkan era awal Title Fight, tetapi kemudian langsung bergeser ke bagian hardcore yang membuat Anda ingin two-step. Berpindah dari part tersebut, mereka memberikan part chorus yang catchy dan anthemic. Kemudian ditutup dengan melodic breakdown di akhir lagu. Lagu ini tidak mengikuti gaya penulisan lagu tradisional, tapi tetap saja ini dalah contoh dari lagu
Crushing Grief yang benar-benar sempurna.
Diikuti oleh “Road Home”, sebuah lagu pop punk bertempo sedang dengan lirik tentang
merindukan rumah dari berpergian tour dan berada jauh dari pasangan. Lagu ini
menunjukkan skill vokalis mereka Alvendi dengan range yang lebih tinggi dan juga vokal trade-off Bersama gitaris Matthias yang terinspirasi oleh band-band seperti Taking Back Sunday. Di bagian bridge mereka menggabungkan elemen baru dari lapisan synth dan efek delay yang sekilas mengingatkan kita pada band Angels dan Airwaves. Lagu ini juga menampilkan guest vocal dari rekan mereka, Wini Kawengian pada akhir lagu.
Akhirnya, ‘Let Go’ track terakhir\ EP ini menunjukkan perkembangan dan stylistic shift oleh Crushing Grief. Tidak dapat disangkal bahwa chorus dari track ini catchy dan kemudian di tengah lagu tiba-tiba berubah menjadi part hardcore dimana Indhar dari unit hardcore
Frontxside Makassar, mengeluarkan scream khasnya. Dan pada akhir chorus kedua pindah ke part buildup yang berujung pada part ahkhir yang sangat melodis dipenuhi dengan harmonics dari gitar dan teriakan gitaris mereka Matthias ‘Every second I’ve passed/every mountains I’ve climbed’ menutup EP ini dengan gagah.
‘Mountains I’ve Climbed’ rilis pada 25 Oktober 2021 melalui Moshpit Records. Mixing dan mastering oleh Muhammad Sofyan serta cover art oleh Ilham Hanifa.
Crushing Grief yang benar-benar sempurna.
Diikuti oleh “Road Home”, sebuah lagu pop punk bertempo sedang dengan lirik tentang
merindukan rumah dari berpergian tour dan berada jauh dari pasangan. Lagu ini
menunjukkan skill vokalis mereka Alvendi dengan range yang lebih tinggi dan juga vokal trade-off Bersama gitaris Matthias yang terinspirasi oleh band-band seperti Taking Back Sunday. Di bagian bridge mereka menggabungkan elemen baru dari lapisan synth dan efek delay yang sekilas mengingatkan kita pada band Angels dan Airwaves. Lagu ini juga menampilkan guest vocal dari rekan mereka, Wini Kawengian pada akhir lagu.
Akhirnya, ‘Let Go’ track terakhir\ EP ini menunjukkan perkembangan dan stylistic shift oleh Crushing Grief. Tidak dapat disangkal bahwa chorus dari track ini catchy dan kemudian di tengah lagu tiba-tiba berubah menjadi part hardcore dimana Indhar dari unit hardcore
Frontxside Makassar, mengeluarkan scream khasnya. Dan pada akhir chorus kedua pindah ke part buildup yang berujung pada part ahkhir yang sangat melodis dipenuhi dengan harmonics dari gitar dan teriakan gitaris mereka Matthias ‘Every second I’ve passed/every mountains I’ve climbed’ menutup EP ini dengan gagah.
‘Mountains I’ve Climbed’ rilis pada 25 Oktober 2021 melalui Moshpit Records. Mixing dan mastering oleh Muhammad Sofyan serta cover art oleh Ilham Hanifa.
Roger selaku gitaris Crushing Grief menaruh sedikit harapan untuk progress kemajuan skena lokal dikota manado :
"Sebenarnya melihat semakin banyak kreator , band baru dan hadirnya event yang bisa di organisir sendiri secara tidak langsung telah ada kemajuan namun satu hal yang penting yakni tetap konsisten saja" Ucap Roger
Panjang umur segala hal baik & hal layak
See u on next progress !
#HomeArtHome
#VamosAbstrakers
#KomunitasTanpaNama
#ToaProgresif
#LogophileProject
Komentar
Posting Komentar