Seni & Pandemi


oleh : Maulana R Irham



Terhitung hampir dua tahun sudah hinggah sampai saat ini kita masih dibekukan dengan paksaan , sekali duakali kecuali menuntut kebutuhan baik sandang, pangan, papan atau tongkrongan .
Saya menyebutnya seni dan pandemi sehingga terlepas dari terpatri nya pikiran konspirasi yang bukan tujuan inti , kita hanya perlu edukasi sedemikian rupa sehingga apa yang semestinya demikian harus seharusnya juga .
Dengan situasi ini kita sebenarnya dituntut mengeluarkan apa yang tak biasa kita lakukan seperti hal-nya beberapa pekerjaan yang biasa dilakukan secara kolektif dan langsung dan beberapa pekerjaan dan aktivitas yang dalam hal ini biasa kerjakan diluar rumah dipaksa memutar otak .

Secara pengertian dan sedikit tambahan Seni adalah hasil karya keindahan yang diciptakan oleh manusia baik lewat tulisan atau lisan dan pertunjukan dari salah seorang pemeran . Pertanyaan nya apakah bisa para pekerja seni dapat tetap produktif , masif baik secara individu atau kolektif dalam situasi transisi seperti saat ini ?

Menurut saya demi menjaga produktifitas , para pekerja seni harus sedikit melahirkan kebijakan pribadi yang hanya bisa di otak atik olehnya sendiri .
Masa pandemi corona membuat seniman pertunjukan harus berkompromi jika tidak ingin hancur.

Ikatan seniman perpaduan regional manado atau (ISPEN) menyebutkan jumlah acara seni yang dibatalkan atau ditunda akibat efek Corona di Indonesia cukup signifikan. Tidak hanya berbicara Jakarta atau Jawa sentris karena berlaku juga seluruh daerah di Tanah Air selama ia masih berkecimpung dibidang yang satu ini. Disebutkan sepuluh proses produksi dan rilis film tertunda, begitu pula konser, tour dan festival musik; delapan pameran pada museum seni rupa; tiga pertunjukan tari; serta sembilan pentas teater, pantomim, dan boneka.

Seni pertunjukan identik dengan “ruang pentas” yang terdominasi secara fisik seperti gedung seni pertunjukan, studio mini, lapangan, hingga ruang-ruang terbuka alternatif. Masa pandemi ini membuat seniman pertunjukan harus berkompromi jika tidak ingin hancur. Mengubah medium ruang pentas tersebut menjadi daring (online) jelas membuat seniman pertunjukan harus dan rela melakukan coding kembali akan daya artistiknya terhadap ciptaannya agar sesuai dengan atmosfir online.

Sodoran bantuan dana dari pemerintah kepada para pekerja seni maupun grup seni pertunjukan merupakan solusi terdekat dan terbaik untuk tetap menjaga marwah atmosfir serta detak jantung industri ini.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, juga pada belahan dunia lain -sebut saja Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Pemerintah masing-masing negara tersebut juga memberikan sodoran fiskal kepada pekerja seni.

Dalam waktu dekat, seniman pertunjukan harus memutar otak agar identitas serta ekosistem industri ini mampu terus berkarya. Adaptasi ini nampaknya untuk mempersiapkan masa datang seandainya migrasi menuju platform semacam YouTube dan Instagram tidak terhindarkan. Masyarakat saat ini sedang mengalami akselerasi tumbuh kembang budaya menonton seni secara daring.

Inilah bahan bakar bagi kesenian maka percayalah seni (pertunjukan) tidak akan pernah mati - Maulana Irham


                         Maulana R Irham 



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer